Tentang Mbah Maridjan
Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang biasa disapa dengan Mbah Maridjan, merupakan sosok seorang juru kunci merapi yang sangat dipercayai oleh para penduduk di lereng gunung merapi. Dan jika gunung Merapi akan meletus, para penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi menunggu komando darinya untuk pergi mengungsi. Beliau lahir pada tanggal 5 Februari, 1927 di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman ,Yogyakarta.
Beliau mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Dan menyandang jabatan sebagai juru kunci, sejak tahun 1982.
Wafatnya Mbah Maridjan
Siapa yang akan menyangka bahwa mbah Maridjan wafat pada letusan merapi yang belum beberapa lama ini terjadi. Pada tanggal 26 oktober 2010, merupakan tanggal dimana gunung merapi meletus yang disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah Maridjan bermukim. Jasad Mbah Maridjan ditemukan beberapa jam kemudian oleh tim SAR bersama dengan 16 orang lainnya telah meninggal dunia, umumnya kondisi korban yang ditemukan mengalami luka bakar serius. Jenazah tersebut dikonfirmasi sebagai jenazah Mbah Maridjan pada tanggal 27 Oktober 2010.
Hubungan Mbah Maridjan dengan ISD
Pekerjaan Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi merupakan amanah yang diberikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tugas yang dilakukan mbah Maridjan ini merupakan tugas sosial yang beliau kerjakan tanpa pamrih. Dan beliau benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk menjalankan amanah yang telah diberikan kepadanya hingga akhir hidupnya.
ISD dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari masalah sosial yang berhubungan juga dengan masyarakat dalam bersosialisasi terhadap lingkungannya. Mbah Maridjan dapat dikatakan sebagai sosok yang sangat dipercayai dan dijadikan panutan para penduduk lereng gunung merapi. Karena Mbah Maridjan juga termasuk sosok yang dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Sikapnya yang selalu kukuh untuk tidak mengungsi jika gunung Merapi meletus, membuat beberapa orang yang sangat mempercayainya dan ikut untuk tidak mengungsi.karena mereka percaya bahwa jika sang juru kunci tersebut belum mengungsi, maka gunung merapi tidak akan meletus. Tapi takdir berkata lain, Pada letusan gunung Merapi 26 Oktober 2010 yang belum lama terjadi, peristiwa tersebut banyak menelan korban termasuk Mbah Marijan. Pada dasarnya dari mempelajari ilmu sosial, kita akan memiliki wawasan yang lebih luas maka kita dapat berfikir mana keputusan yang tepat yang akan diambil, contohnya jika masyarakat tersebut mau untuk diungsikan, maka saya rasa mereka akan selamat dari letusan gunung merapi.